Dengan
terpaksa kulalui masa-masa OSPEK yang menyebalkan ini, senior yang sok berkuasa,
uang yang mengalir deras untuk memenuhi tuntutan mereka. Ah... Tak ada satu hal
pun disini yang menyenangkan.
“Mestinya
aku tak lulus ujian masuk disini”, kembali ku mengumpat dalam hati. Kalau saja
keluarga tak mendorongku untuk kuliah disini dijurusan ini aku tak akan pernah
menyentuhny, sedikitpun!. Namun perasaan tak ingin “mengecewakan” mereka yang
berharap penuh padaku maka dengan mengorbankan segalanya aku mencoba dengan
tekad semoga aku tak lulus. Aneh memang disaat semua orang berlomba untuk
menjadi mahasiswa dikampus ini.
Aku
ingin menjadi peneliti atau bahasa kerennya researcher. Meneliti berbagai hal yang membuatku penasaran dari yang
namanya sel sampai organ, aku haus dengan jawaban. Aku ingin berkelana dengan
biduk penasarannku sehingga menemukan muaranya. Yah... Itulah aku sebenarnya,
ambisi, penuh cita-cita dan impian yang diluar kendali.
Namun
sekarang semuanya kandas, impian hanya menjadi mimpi. Dihadapanku kini adalah
seragam putih-biru yang kadang diselingi putih-putih, berbagai teori dan
praktik yang menurutku terpaku dengan panduan-panduan klinik. Banyak kata
mengiringi kerja yang sejatinya itu bukan aku. Aku mencintai hening dan
jemariku menjadi saksi atas setiap tindak prilaku.
Bayangan
kedua orang tua tercinta kemudian menyapa. Hmm.... Sudahlah apa salahnya kucoba
untuk membanggakan mereka, lihat senyum mereka saat tahu aku berhasil menjadi
mahasiwi di kampus ini. Toh ini tak lama, cuma 3 tahun. Kelak akan kembali
kukejar impianku. Begitulah terpatri dalam hati.
Melegakan...
Ospek telah berlalu. Ini adalah hari pertama kuliah, teman baru suasana baru.
Belum ada yang spesial.
“Hai Hana...”, seseorang menyapaku
Kulirik,
“Oh... Hai”, ucapku singkat.
Dia
teman sekelasku dan memiliki nama yang sama denganku, lebih tepatnya panggilan
kecilku. Mungkin itu alasannya menegurku lebih dulu. Susah bersosialisasi
adalah sifat burukku itu alasan kenapa aku belum mempunyai teman sampai hari
ini, hanya orang yang bisa diajak makan kekantin belum tentu teman kan?
Seperti biasa setiap Dosen masuk,
pasti perkenalan terlebih dahulu dan satu hal yang membuatku menjadi pembohong
besar yaitu saat ditanya alasan masuk ke jurusan ini. "Keinginan sendiri
jawabku, munafik". Hei bukan hanya aku banyak juga dikelas ini munafers-munafers
yang bersembunyi dari kata “Keinginan Sendiri”. Dosen lebih tau dari apa yang
kita pikirkan dan mereka tau kebohongan-kebohongan yang kami ucapkan. Namun
ucapan yang tak lain adalah sebuah kekecewaan keluar dari Dosen kami, “Jika
kalian merasa tidak mampu disini, lebih baik keluar lebih awal ini masih belum
terlambat”.
Andai saja aku mampu dan memiliki keberanian lebih untuk bertindak, maka itulah hal yang pertama kulakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar