Jumat, 31 Oktober 2014

Tentang Cinta

Apapun yang kau katakan
Bagaimanapun kau menolaknya
Cinta akan tetap berada di sana 
Menunggumu mengakui keberadaannya
-Winda Efendi dalam Remember When-

Itulah cinta, anugerah suci yang Allah berikan kepada kita makhluknya. Namun bagaimana hakikat cinta itu sebenarnya? membuat bahagia atau malah menyakitkan? bagaimanakah cara menyikapinya?
Saya sangat tertarik dengan cerita cinta orang -orang mulia sahabat Nabi yaitu Ali ra dengan Fatimah Azzahrah. Luar biasa.

Diawali dengan kekaguman Ali terhadap kesantunan, kecerdasan, kecekatannya dalam bekerja dan yang paling utama adalah ibadah dari sahabat kecil yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Meski Ali memiliki berbagai alasan untuk mencintai Fatimah, beliau bukanlah orang bodoh yang mengumbar-umbarkan perasaannya. Keimanan yang tetap menjaga prilakunya sehingga beliau selalu berusaha menjaga hatinya. bertahun-tahun cinta itu beliau pendam jauh didalmlubuk hatinya, tak ada seorangpun yang mengetahui bahkan Fatimah.

Saat beliau sudah siap untuk membangun rumah tangga, maka cinta dalam diam itupun ingin di halalkannya. Namun sayang, niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang sudah duluan melamar Fatimah. Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya selama ini berakhir pupus. Apalagi Abu Bakar adalah sahabat setia Rasul yang sangat shalih dan begitu sayang kepada Rasul, dan rasul pun menyayanginya. Sedangkan Ali merasa dirinya hanyalah seorang  pemuda yang miskin. Sungguh jauh bila dibandingkan dengan seorang mulia seperti Abu Bakar.

Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasul hanya diam ketika Abu Bakar melamar putri beliau. Maksudnya, Rasul menolak secara halus lamaran Abu Bakar. Ali pun senang. Karena masih merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah. Maka Ali pun bergegas ingin segera melamar Fatimah sebelum didahului lagi.

Namun sungguh sayang sekali, lagi-lagi Ali didahului oleh Umar. Lagi-lagi, hati Ali tersayat. Ali sangat bersedih. Sama seperti dengan Abu Bakar, Ali merasa tak ada harapan lagi. Lagipula, apakah cukup dengan cinta ia akan melamar Fatimah? Karena ia hanyalah seorang pemuda biasa yang mengharapkan seorang putri Rasul yang luar biasa. Berbeda bila dibandingkan dengan Umar seorang keturunan bangsawan yang gagah dan berkharisma. Dan, Ali yakin Fatimah pasti akan bahagia bersama Umar.

Maka Ali pun hanya bisa bertawakal kepada Allah, semoga dikuatkan dengan derita cinta yang sedang dialaminya. Kali ini, Ali harus benar-benar ikhlas dan tegar menghadapi kenyataan itu. Namun Ali adalah pemuda yang shalih. Ia pun yakin bahwa Allah MahaAdil. Pasti Allah sudah mempersiapkan pendamping hidup baginya.

Sungguh rencana Allah memang yang paling indah. Ternyata Rasul menginginkan Ali untuk menjadi suami Fatimah. Karena Rasul sudah lama tahu bahwa Ali telah lama memendam rasa cinta kepada putrinya. Ali pun sangat bahagia dan bersyukur. Ia pun langsung melamar Fatimah melalui Rasul. Meski dengan bermaharkan baju perangnya.

Dan siapa menyangka, bahwa cinta dalam diam bukanlah sepihak namun berbalas. Fatimah pun telah lama mengagumi dan memendam perasaan kepada Ali. Airmata Fatimah mengalir semakin deras. Fatimah tak kuat lagi membendung rasa bahagianya dan Fatimah langsung memeluk Ali dengan erat. Lalu Fatimah pun berkata dengan tersedu-sedu, “Wahai Ali, demi Allah aku sangat mencintaimu. Sungguh aku sangat mencintaimu karena Allah.” Berkali-kali Fatimah mengulang kata-katanya.
Aku memendamnya bertahun-tahun. Sudah sejak lama aku ingin mengungkapkannya. Tapi aku terlalu takut. Aku tak ingin menodai anugerah cinta yang Allah berikan ini. Aku pun tahu bagaimana beratnya memendam rasa cinta apalagi dahulu aku sering bertemu denganmu. Hatiku bergetar bila kubertemu denganmu.



Begitulah kisah cintaAli bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra binti Muhammad. Subhanallah. Allah memang Mahaadil. Rencana dan skenario-Nya sangat indah. Ada beberapa hikmah dari kisah cinta mereka. Ketika Ali merasa belum siap untuk melangkah lebih jauh dengan Fatimah, maka Ali mencintai Fatimah dengan diam.  Karena diam adalah satu bukti cinta pada seseorang. Diam memuliakan kesucian diri dan hati sendiri dan orang yang dicintai. Sebab jika suatu cinta diungkapkan namun belum siap untuk mengikatnya dengan ikatan yang suci, bisa saja dalam interaksinya akan tergoda lalu terjerumus kedalam maksiat. Naudzubillah.

Biarlah cinta dalam diam menjadi hal indah yang bersemayam di sudut hati dan menjadi rahasia antara hati sendiri dan Allah Sang Maha Penguasa Hati. Yakinlah Allah Mahatahu para hamba yang menjaga hatinya. Allah juga telah mempersiapkan imbalan bagi para penjaga hati. Imbalan itu tak lain adalah hati yang terjaga.

Semoga kisah ini bermanfaat bagi para insan yang merindukan cinta suci karena-Nya, yang sedang berikhtiar sekuat hatinya, dan yang saat ini menanti dengan sabar demi menyambut jalan cinta yang diridhai-Nya.


Lantas bagaimana dengan kita? sesuci itukah cinta yang kita punya?

Cinta tak perna menyakitkan, jika ternyata dia yang kita cinta tak berakhir dengan indah yakinlah Allah telah berikan yang terbaik untuk kita. Simpan ia yang dicinta dalam tempat yang tak seorangpun mengetahuinya, doakan dia disujud malammu. Tapi jangan pernah memaksa Pencipta untuk menjodohkanmu dengannya. Allah telah memiliki skenario untuk
kita jauh sebelum kita dilahirkan di dunia.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar